Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah. (Lukas 12:3)

Kamis, 24 Juni 2010

PERANAN PEMUDA DALAM ORGANISASI MASYARAKAT (ORMAS)

Pemuda Kristen yang Melayani Untuk Gereja, Masyarakat, Bangsa dan Negara nya
By : Sahat Sinaga, S.H., M.Kn2
A. ENTITAS KAUM MUDA

Rata-rata lima puluh persen (50%) penduduk dunia adalah di bawah umur 20 tahun (Kaum Muda). Di Indonesia bahkan enam puluh persen (60%) dari jumlah penduduk adalah di bawah umur 20 tahun.
Pemuda dan Kepemudaan atau Angkatan Muda adalah sebuah entitas spirit yang maha dasyat kekuatannya, sejarah berbagai bangsa di dunia ini telah membuktikan, bahwa pergerakan kaum muda-lah yang mengawali setiap perjuangan kemerdekaan, setiap perubahan serta setiap pembangunan arah sebuah bangsa tersebut.

Mengapa?. Ya, karena pemuda-lah yang memiliki sifat patriotik sejati; pemilik idealisme, gelora, daya tahan dan daya juang yang kuat (fisik maupun mental). Generasi muda penuh semangat, mempunyai kekuatan energi penuh dengan sifat kreatif, kritis dan dinamis serta kepekaan yang tinggi pada masalah sosial secara murni. Demikianlah kodratnya sehingga pemuda mampu menjadi pelopor dan pemimpin.
Benedict Anderson, seorang Indonesianist mengungkapkan bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya. Pernyataan Ben Anderson ini tak salah memang apabila dikaitkan dengan sejarah panjang bangsa Indonesia, di mana pemuda menjadi aktor dari setiap langkah perjalanan bangsa Indonesia

Renungkan fakta berikut :
Dr. Soetomo mendirikan Budi Utomo (1908) pada usia belum genap 20 tahun, Soewardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) mendirikan Indische Partij (1914) pada usia 20 tahun, Bung Karno beken di panggung politik pada usia 22 tahun, Mohammad Hatta mendirikan Perhimpunan Indonesia (1924) di Belanda sewaktu berusia 21 tahun.
(Pertanyaan dalam hati): Kita/Saya selaku Pemuda (Gereja)…mau kemana dan bagaimana ???

B. MENJADILAH PELOPOR DAN PEMIMPIN
Jawaban pertanyaan (dalam hati diatas) adalah : menjadilah kita/saya pemuda (gereja) yang boleh menjadi pelopor dan pemimpin di Gereja, Masyarakat, Bangsa dan Negara. Terkait Kepoloporan dan Kepemimpinan ini, berikut penggalan uraian yang cukup baik yang ditulis oleh bapak Prof. DR. Ir. Ginandjar Kartasasmita :
Di sinilah pemuda berperan secara alamiah, yakni dalam kepeloporan dan kepemimpinan dalam menggerakkan potensi dan sumber daya yang ada pada rakyat. Menurut hemat saya, kalau kita ingin memfokuskan pembicaraan, atau penyusunan strategi mengenai peran pemuda dalam pembangunan, maka konteksnya adalah kepeloporan dan kepemimpinan. Jadi, untuk meningkatkan peran pemuda dalam pembangunan, kita harus membangun kepeloporan dan kepemimpinannya. Di sini ada beberapa pengertian, yang penting adalah tiga aspek:membangun semangatn ya,kemampuan ny a, danpengamalannya.
Kepeloporan dan kepemimpinan bisa berarti sama yakni berada di muka dan diteladani oleh yang lain. Tetapi, dapat pula memiliki arti sendiri. Kepeloporan jelas menunjukkan sikap berdiri di muka, merintis, membuka jalan, dan memulai sesuatu, untuk diikuti, dilanjutkan, dikembangkan, dipikirkan oleh yang lain. Dalam kepeloporan ada unsur menghadapi risiko. Kesanggupan untuk memikul risiko ini penting dalam setiap perjuangan, dan pembangunan adalah suatu bentuk perjuangan. Dalam jaman modern ini, seperti juga kehidupan makin kompleks, demikian pula makin penuh risiko. Seperti dikatakan oleh Giddens “Modernity is a risk culture”.
Modernitas memang mengurangi risiko pada bidang-bidang dan pada cara hidup tertentu, tetapi juga membawa parameter risiko baru yang tidak dikenal pada era-era sebelumnya. Untuk itu maka diperlukan ketangguhan, baik mental maupun fisik. Tidak semua orang berani, dapat atau mampu mengambil jalan yang penuh risiko. Sifat-sifat itu ada dalam diri pemuda, karena tugas itu cocok buat pemuda. Kepemimpinan bisa berada di muka, bisa di tengah, dan bisa di belakang, seperti ungkapan “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso,
dan tut wuri handayani”. Tidak semua orang juga bisa menjadi pemimpin. Pemimpin juga tidak dibatasi oleh usia,
bahkan dengan tambah usia makin banyak pengalaman, makin arif kepemimpinan.
Tetapi yang saya bicarakan adalah kepemimpinan di “lapangan”. Kepemimpinan dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pembangunan yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat, dalam berbagai kegiatan. Kepemimpinan serupa itu sangat sesuai untuk para pemuda, karena ciri pemuda yang dinamis. Kepemimpinan yang dinamis diperlukan oleh masyarakat yang sedang membangun. Apabila dengan bertambahnya usia, kepemimpinan menjadi lebih arif karena bertambahnya pengalaman, namun hal itu bisa dibarengi dengan berkurangnya dinamika. Barangkali itu adalah trade off-nya.
Pada lapisan pemimpin-pemimpin muda itulah kita harapkan memperoleh sumber dinamika. Sumber dinamika yang dapat mengembangkan kreativitas, melahirkan gagasan baru, mendobrak hambatan-hambatan, mencari pemecahan masalah, kalau perlu dengan menembus sekat-sekat berpikir konvensional. Oleh karena itu, menjadi tugas kita sekarang, terutama tugas dari para pemimpin pemuda untuk membangun semangat, kemampuan, dan pengamalan kepeloporan dan kepemimpinan. Membangun semangat adalah membangun sikap, karena itu terkait erat dengan pembangunan budaya. Pendidikan merupakan wahana yang paling penting dan mendasar, di samping upaya lain untuk merangsang inisiatif dan membangkitkan motivasi. Keteladanan adalah pendekatan lain untuk membangkitkan semangat. Dorongan masyarakat, atau tantangan dari masyarakat, juga merangsang bangkitnya semangat.
Membangun kemampuan juga penting, karena kepeloporan dan kepemimpinan tidak cukup hanya dengan kata-kata. Harus ada perbuatan. Seorang pemimpin harus dapat menunjukkan kepada yang dipimpin, atau seorang pelopor kepada yang dipelopori, apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, profesionalisme atau pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu yang relevan dengan kepeloporan dan kepemimpinannya amat diperlukan. Tidak berarti harus menguasai lebih teknis dari yang dipimpin, tetapi sekurang-kurangnya harus mampu memberikan inspirasi, menunjukkan arah, dan mampu mencari jalan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Pengamalan kepeloporan dan kepemimpinan itu adalah muaranya. Walaupun semangat ada, pengetahuan cukup, tetapi tidak berbuat apa-apa, tidak ada gunanya bagi siapapun. Untuk itu selain perlu dirangsang, para pemuda juga perlu diberi kesempatan sebesar-besarnya untuk berpartisipasi dan berprakarsa dalam pembangunan. Organisasi-organisasi kemasyarakatan, termasuk organisasi-organisasi kepemudaan, organisasi- organisasi profesi, organisasi-organisasi fungsional merupakan wadah yang tepat untuk membangun kepeloporan dan kepemimpinan seperti yang diharapkan itu.

C. ORGANISASI KEMASYARAKATAN
Apa itu Ormas ? berikut poin penting yang perlu diketahui5 :
* Organisasi Kemasyarakatan (ormas) adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah NKRI.
* Ormas di daftar/terdaftar dipemerintahan. (sekarang di Direktorat Kesatuan dan Politik Bangsa (Kesbang), De­partemen Dalam Negeri).
Tidak termasuk ormas:
-Organisasi yang dibentuk oleh pemerintah, sepertiP ra muka,K ORPRI, dll
-Organisasi yang dibentuk oleh masyarakat yang bergerak dibidang perekonomian , seperti ; koperasi, Perseroan Terbatas, dll.
* Sasaran pokok peranan ormas :
-Memberikan pendidikan pemantapan kesadaran kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara-Peranan aktif dalam pembangunan masyarakat-Sarana untuk berserikat/berorganisasi-Saran penyaluran aspirasi dalam pembangunan nasional
* Ormas sebagai wadah pembinaan dan pengembangan anggotanya merupakan tempat penempaan kepemimpinan dan peningkatan ketrampilan.
Agar mudah dikontrol oleh Pemerintah maka ormas berhimpun dalam satu wadah pembinaan dan pengembanagn yang sejenis, seperti untuk Ormas Pemuda terwadahi diK NP I (Komite Nasional Pemuda Indone­sia), Ormas Tani diHK TI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) , dll.

D. PERLUNYA BERORGANISASI

Manusia normal adalahmahkluk sosial yang ingin berinteraksi dalam suatu pergaulan komunitas (zoon politicon), dalam pranata terkecil komunitas itu disebut keluarga, yakni sebuah sistem organisasi dimana ada kepala (pemimpin) dan anggota keluarga, juga disana berjalan aturan-aturan yang berlaku untuk keluarga tersebut. Demikian pula organisasi (ormas) adalah pembagian tugas dan petugas, yang pada intinya persekutuan dari beberapa orang, agar hubungan kerja dalam organisasi berjalan dengan baik maka dibentuk dan disepakatilah sejumlah aturan main yang hendak dipatuhi oleh segenap organ organisasi.
Bagi setiap orang yang bergelut dalam ormas salah satu sikap yang harus dimiliki adalah “ kesetiaan” untuk mematuhi aturan main yang telah disepakati bersama, misalnya dalam bentuk Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Urain Tugas (Jobs Discription), dst.
Berorganisasi sangat penting perananya dalam mendewasakan pola pikir dan perilaku disamping mengembangkan pergaulan (jaringan) setiap orang, menempa diri dalam menerima tanggung jawab, memimpin dan dipimpin orang lain, melatih diri terhadap aturan main (mekanisme), dan banyak manfaat lain-lain yang bisa didapatkan dari berorganisasi.

E. PEMUDA GEREJA DAN PERMASALAHAN KLASIKNYA

Pemuda Gereja adalah organisasi internal gereja yang beranggotakan jemaat gereja yang berusia 17 tahun keatas dan atau yang belum menikah. Dikarenakan skup organisasi Pemuda Gereja masih sederhana dan bersifat internal saja maka disarankan setiap kader Pemuda Gereja untuk terjun ke organisasi yang lebih besar skup maupun jangkauannya agar mendapatkan peningkatan kapasitas dan kualitas diri yang lebih luas lagi.
Belakangan ini Pemuda Gereja terkesan alergi dan anti terhadap ormas, dikarenakan terlalu sempit memandang dan beranggapan : ormas itu negatif (berbau politik). Idealnya para Pemuda Gereja-lah diharapkan terjun aktif di dunia ke-ormasan untuk dapat menjadi garam dan terang di masyarakat, bangsa dan negara.
Bila Pemuda Kristen (gereja) tidak ada lagi yang mau ber-ormas bisa dipastikan kelak akan menjadi krisis bagi mandulnya pemimpin dari kalangan Kristen di Republik Indonesia ini.
Mengapa?, ya dikarenakan memang di ormas-lah tempat pembinaan calon pemimpin-pemimpin bangsa dan negara. Hal ini dikarenakan materi-materi dan pengalaman kepeminpinan, kemasyarakatan serta kebangsaan hanya didapatkan di ormas. Selain itupe merinta h juga memfasilitasi dan membantu keberadaan ormas sebagai bagian dari pembinaan calon pemimpin bangsa dan sebagai stakeholder pembangunan (lihat UU ormas).

F. MENGENAL ORMAS KRISTEN

Dalam perkembangan organisasi kemasyarakatan di Indonesia (Ormas), telah lahir beberapa Ormas Kristen yang dapat dikenali dari cirinya yang diantaranya dalam namanya menggunakan kata KRISTEN, dalam Anggaran Dasar pendiriannya dinyatakan berdasarkanAlkitab. Beberapa di antaranya adalah organisasi GerakanSis wa Kristen Indonesia (GSKI), GerakanMahas iswa Kristen Indonesia (GMKI), Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia
(GAMKI),Persa tuan Wanita Kristen Indonesia (PWKI), Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI), dlsb.
Umumnya kegiatan-kegiatan di ormas kristen adalah program peningkatan keimanan, dan tentu juga program- program pendidikan berupa diskusi, seminar, pelatihan-pelatihan, serta aksi sosial dan kegiatan eksternal berupa program bersama dengan ormas lainnya (ormas keagamaan lain maupun ormas sekuler).

GAMKI sebagai wadah berhimpun Pemuda Gereja

Pemuda Gereja adalah kekuatan potensial masa depan Gereja, Masyarakat, Bangsa dan Negara. Semaksimal mungkin tunas-tunas muda / Pemuda Kristen terlibat aktif di Gerejanya masing-masing, sehingga mendapatkan ajaran pergaulan dan keimanan yang cukup (Modal Spritual). Selanjutnya, para tunas-tunas muda ini terwadahi dan dibina di GAMKI sebagai wadah Pemuda Gereja yang lintas denominasi.
Sehingga di GAMKI mereka akan mendapatkan pembinaan yang lebih komprehensif, lebih plural serta lebih riil pula (Modal Sosial-Emosional) sehingga menghasilkan manusia yang mempunyai nilai kekristenan yang berwawasan humanis, termasuk rasa solidaritas didalamnya.
Mengkonkritkan hal tersebut diatas terobosan dilakukan pada periode kepemimpinan DPP GAMKI saat ini, dimana pada Kongres GAMKI kedepan, akan mengundang Pemuda Gereja (tingkat Sinode) untuk terlibat sebagai peserta Kongres GAMKI, kemudian juga Kongres akan mengagendakan pokok - pokok program tentang pemuda gereja (lengkapnya lihat explomagazine edisi Januari 2007 hal 10-11)

G. PERANAN PEMUDA DALAM ORMAS

Kodrat Pemuda adalah melakukan peran dan tanggung jawab dalam komitmennya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta sikap, komitmen, dan keberpihakan kepada masyarakat. Untuk itulah gelar yang diberikan dan yang disandang pemuda sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol sosial (Agent of Social Control).
Untuk menciptakan model pemuda yang dimaksud diatas maka ormas adalah sarana dan arena belajar, bereksperimen dan berlatih menjadi Agent of Change dan Agent of Social Control.
Sehingga dengan demikian, sangat dihimbau bagi para pemuda (gereja) untuk aktif dan mau terlibat untuk dibina di Organisasi-organisasi kemasyarakatan (Ormas) yang ada termasuk organisasi-organisasi kepemudaan, organisasi- organisasi profesi, organisasi-organisasi fungsional merupakan wadah yang tepat untuk membangun kepeloporan dan kepemimpinan seperti yang diharapkan itu.

H. PENUTUP

Demikian kiranya tulisan singkat ini dapat menjadi acuan bagi para Pemuda Gereja (GPIB) untuk tertantang meng-ambil bagian dalam pelayanan yang lebih besar lagi, tidak saja untuk gereja, tetapi juga masyarakat, bangsa dan negara kita tercinta. Marilah kita merelakan hati untuk belajar sekarang tetapi kelak menjadi pelopor dan pemimpin. SYALOM…ORA ET LABORA…

Sumber: http://www.scribd.com/doc/22879560/Peranan-Pemuda-Dalam-Organisasi-Masyarakat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar